Liku-liku Kehidupan Ku

A.    SEKILAS PERANTAUAN - PERJALANAN HIDUP KU


November 2013
Kuantan - K. Pilah - Seremban - Bangi - Ara Damansara - Temerloh - Kuantan

October 2013
Kuantan - KL - Shah Alam - Bangi - Seremban - Kuantan

September 2013
Kuantan - KL - Bangi - Kajang - Ara Damansara - Kuantan

August 2013
Kuantan - KL - Ara Damansara - Shah Alam - Seremban - Kuantan

May 2013
Kuantan - Bandar Jengka - Kuantan - Pekan - Kuantan

April 2013
Kuantan - Muadzam Shah - Seremban - KL - Kedah - Penang - KL - Temerloh - Kuantan

February 2013
Kuantan - Raub - Lipis - Koyan - Cameron Highland - Bentong - Kuantan

January 2013
Kuantan - Ara Damansara - Stadium Merdeka - Shah Alam - Temerloh - Kuantan.

December 2012
Kuantan - Paka - Kuala Terengganu - Kota Bharu - Rantau Panjang - Kota Bharu - Kuantan.

November 2012
Kuantan - Dungun - Kerteh - Kuantan

October 2012
Kuantan - Ara Damansara - Butterworth - Penaga - Pokok Sena - Penang - Tg. Bungah - Penang Road - Pelangi Mall - Teluk Bahang - Padang Kota - Ara Damansara - Kuantan


September 2012
Kuantan - Ara Damansara - KL - Kelang - KL - Shah Alam - Ara Damansara - Kuantan

August 2012
Kuantan - Ara Damansara - Shah Alam - Ara Damansara - Kuantan
Kuantan - Felda Bukit Rokan Gemencih - Nilai - Ara Damansara - Kuantan

July 2012
Kuantan - Ara Damansara - Kajang - Seremban - Ara Damansara - Kuantan.
Kuantan - Kerteh - Dungun - K. Terengganu - Kuantan

Jun 2012
Kuantan - Ara Damansara - KL - Sg. Way - Taman Dato Harun - Kawasan Perindustrian Sg. Way - Ara Damansara - Kuantan

May 2012
Kuantan - Pekan - Rompin - Endau - Mersing - Kota Tinggi - Johor Bharu - Singapura - Johor Bharu - Air Itam - Muar - Shah Alam - Ara Damansara - Kuantan

Kuantan - Kemaman - Kuala Terengganu - Kuantan

April 2012
Kuantan - Kajang - LCCT - Kota Kinabalu - Tambunan - Papar - Tanjung Aru - Tuaran -Kota Kinabalu - LCCT - Kajang - Alor Gajah - Port Dickson - Ara Damansara - Kuantan


Mac 2012
Kuantan - K. L - Ara Damansara - Penang - Kajang - Seremban - Kuala Pilah - Kuantan.


February 2012
Kuantan - K. L - Ara Damansara - KLIA - Colombo - Jeddah - Mekah - Madinah - Jedah - Colombo - KLIA - Kajang - KL - Kuantan.

January 2012
Kuantan - K. Berang - Tanah Merah - Kota Bharu - Pasir Mas - Tanah Merah - Kota Bharu - Kuala Terengganu - Dungun - Paka - Kemaman - Kuantan


December 2011
Kuantan - Kajang - Petaling Jaya - Penaga - Kepala Batas - Kulim - Penang - Teluk Bahang - Petaling Jaya - Kuantan

November 2011
Kuantan - Seremban - Kajang - Cyberjaya - Petaling Jaya - Kuantan

October 2011
Kuantan - Raub - Koyan - Cameron Highland - Simpang Pulai - Butterworth - Kampong Lembah - Pokok Sena - Penang - Ara Damansara - Kajang - Seremban - Kuantan.

Kuantan - Butterworth - Penang - Butterworth - Kuantan

September 2011
Kuantan - Dungun - Kuala Terengganu - Dungun - Kuantan

Kuantan - Tanah Merah, Kelantan - Kuantan

August 2011
Tak kemana-mana. Puasa dan cucu baru ada di rumah.

Julai 2011
Kuantan - K. Lumpur - Kuantan.

June 2011
Kuantan - Gemenchih - Batang Melaka - Bandar Melaka - Port Dickson - Seremban - Kuala Lumpur - Temerloh - Kuantan.

May 2011
Kuantan - Ara Damansara - Rantau Panjang, Kelang - Kuala Selangor - Teluk Intan - Changkat Jering - Butterworth - Penang Road, Penang - Teluk Bahang - Balik Pulau - Batu Maung - USM Gelugur - Penang Road - Penaga - Pmtg Rambai - Bakar Kapor - Kampong Lembah - Pokok Sena - Sungai Petani - Alor Setar - Kangar - Padang Besar - Kuala Perlis - Kuala Kangsar - Cameron Highland - Koyan - Raub - Temerloh - Pmtg. Badak, Kuantan

April 2011
Kuantan - Ara Damansara - Seremban - Kuala Pilah - Muadzam Shah - Kuantan - Kuala Lumpur - LCCT - Jakarta - Bandung - Sangkuriang - Cibaduyut - Pasar Baru - Bandung - Lubuk Kawah - Kampung Daun - Kampong Gajah - Pasar Baru - Jakarta - Monas - Tanah Abang - Tamrin City - Daerah Sudirman - Bung Karno Airport Jakarta - LCCT - Kuala Lumpur - Seremban - Kuala Pilah - Muadzam Shah - Kuantan.

March 2011
Madinah - Mekah - Jeddah - Singapura - Johor Baharu - Muar - Kuala Lumpur - Seremban - Kuala Pilah - Bahau - Kuantan - Kota Bharu - PCB - Tanah Merah - Rantau Panjang - Kuala Terengganu - Kuantan - Ara Damansara - Seremban - Kuantan.

Februari 2011
Kuantan - Kuala Lumpur - Singapura - Istanbul - Bursa - Madinah.

Januari 2011
Kuantan - Cameron Highland - Kuantan - Kuala Lumpur - Kuching - Kota Samarahan - Serian - Seri Aman - Batang Lupar - Santubung - Kuching - Kuala Lumpur - Ara Damansara - Seremban - Kuala Pilah - Kuantan


From August 2010 - December 2010
Kuantan - Cameron Highland - Kuala Lumpur - Kuantan - Kuala Lumpur - Kuala Selangor - Lumut - Pulau Pangkor - Ara Damansara - Kuantan - Baling - Kulim - Penang - Langkawi - Alor Setar - Ara Damansara - Kuantan - Rompin - Mersing - Batu Pahat - Air Itam - Kuantan - Kota Tinggi - Johor Bharu - Singapura - Melaka - Kuantan.

From January 2001 - July 2010
Kuantan - Kuala Lumpur - Ara Damansara - Taman Tun Dr Ismail - Sri Harta Mas - Kuala Selangor - Sungai Buloh - Paya Jaras - Hutang Melintang - Sabak Bernam - Bagan Nakhoda Omar - Jeram - Kapar - Meru - Sekinchan - Tanjung Karang - Ijok - Daya Bumi - Brisbane -Melbourne - Sydney - Daya Bumi - KLCC - Kuantan - Subang - Kuching - Kota Kinabalu - Sandakan - Subang - Abu Dhabi - Khortum Sudan - Omdurman Sudan - Abu Dhabi - Bangkok - Kuala Lumpur - Subang - Madinah - Mekah - Jeddah - Kuala Lumpur - Kuantan - Kuala Terengganu - Kota Bharu - Kuantan - KLCC - Kuantan.

From 1978 - 2000
Sungai Way - Kelang - Pelabuhan Kelang - Seremban - Gemencih - Bukit Rokan - Jalan Yadi - Rantau Panjang - Johor Baharu - Singapore - Melaka - Rantau Panjang - Alor Setar - Kuala Perlis - Langkawi - Kuantan - Kerteh - Dungun - Kuantan - Kuala Terengganu - Kota Bharu - Kuantan - Kuala Lumpur - Kelang - Kuantan - Kuala Lumpur - Setiawangsa - Kuantan - Pekan -Rompin - Maran - Temerloh - Jerantut - Kuala Lipis - Merapuh - Koyan -Raub - Benta - Karak - Genting Highland - Muadzam Shah - Segamat - Muar - Kuantan - Kemaman - Paka - Dungun - Kuala Berang - Merang - Besut - Permaisuri - Jerteh - Pasir Putih - Kok Lanas - Macang - Perupok - Bukit Senak - Tok Bali - Gua Musang - Pasir Mas - Beting - Tumpat - Hadyai - Bangkok - Kuantan.


From 1955 to 1977
Permatang Rambai - Permatang Sintok - Penaga - Kepala Batas - Bagan Ajam - Butterworth -Sungai Petani - Kulim - Bukit Mertajam - Penang - Kuala Lumpur - Shah Alam - Rawang - Kampar - Ipoh - Kuala Kangsar - Taiping - Butterworth - Kuala Lumpur - Shah Alam.



B. WORKING EXPERIENCES

1.    1964 - 1972
Memulakan karier perniagaan menjaja kuih "Apom dan Cucur Badak" di usia seawal 6 tahun iaitu sebelum memulakan pengajian di sekolah rendah dan berhenti menjual ketika di Tingkatan 3 iaitu sekitar tahun 1971.

Bermula ketika usiaku 9 tahun hingga aku di Tingkatan 4, aku sudah mula mengambil upah di sawah-sawah padi penduduk tempatan. Tuan-tuan punya tanah yang mengupah aku pada kadar RM2 - RM3 sehari ialah Hj. Ramli, Hamidi, Pak Bakar, Ramli Saud, Ismail Saud, Pak Su Derus dan Arifin Penaga. Diantara kerja ku pada ketika ini ialah: Cabut Rumput di Sawah, Tabur Semai, Potong Padi, Membanting Padi, Membakar Jerami, Menjemur dan Mengering Padi diatas jalanraya. Masa kerja ialah dari pagi hingga tengahari dan selepas makan hingga petang.

2.     November 1973 - May 1974
Sebaik saja selesai peperiksaan MCE aku berkerja kilang sebagai buruh di Kilang Trans Malayan Fibre (TMF) Prai. Aku dibayar gaji sebanyak RM2.20 sehari. Hampir 7 bulan aku bekerja disini.

3.     July 1977 - 1978
Aku bekerja kilang elektronik Matshushita Electronic Component sebagai Chargehand dengan gaji pokok RM380/- sebulan.

4.    1978 - 1982
Aku bekerja di BP Malaysia Sdn Bhd, Port Klang sebagai Chargehand dengan gaji permulaan RM540/= sebulan. Aku dinaikan pangkat sebagai Blending Technician di BP pada tahun 1981.

5.   1982 - 1983
Aku bekerja di Lever Brothers Bukit Raja, Klang sebagai Production Controller dengan gaji permulaan sekitar RM730/- sebulan. Hanya 4 bulan aku disini. Kemudian aku bekerja di Malayan Tobacco Company Shah Alam sebagai buruh dengan gaji sekitar RM12/- sehari. lebih kurang 2 bulan. Seterusnya aku bekerja di OYL Industries Batu Tiga, Shah Alam sebagai Store Keeper dengan gaji permulaan RM540/- sebulan selama 3 bulan.

6.    February 1983 hingga July 2010
Aku bekerja di Petronas bermula sebagai Foreman dengan gaji permulaan RM860/- sebulan. Aku dinaikan pangkat sebagai Operation Assistant di Langkawi Depot kemudian sebagai Supervisor di Kerteh Depot sebelum dinaikan pangkat kejawatan Sales Executive Retail Business, Senior Sales Executive Retail Business, Senior Trainer Retail Business, Marketing Executive for LPG, Sales Manager for LPG PDB Eastern Region and Special Assigned as Manager Incharge for PDB Eastern Region.

My last drawn salary was within 5 figures. My Income Tax  payment to the government untuk taksiran tahun kewangan 2009 sahaja menjangkau lebih RM43,000/- with wife not working dan telah dibayar kesemuanya. Taksiran untuk Tahun 2010 pula hanya untuk 6 bulan bekerja sahaja kerana bersara pada 7/7/2010 adalah sekitar RM21,000/-. Oleh kerana mode pembayaran adalah melalui potongan gaji bulanan dan potongan zakat juga secara bulanan maka jumlah terpotong hampir RM29,000. Jadi , LHDN pula terhutang dengan ku akibat terlebih potong lebih daripada RM7,900. Kini sedang menunggu cek pembayaran balik dari LHDN.


2/5/2011
Alhamdulillah. Sekembali dari Jakarta, cheque pembayaran balik dari LHDN bernilai RM7,997.47 telah diterima. Cepat jugalah dapat balik. Tapi sebelum ni terasa ralat juga sebab kena bayar cukai berpuluh ribu ringgit setiap tahun.




C. KISAH BENAR - UNTOLD STORY ABOUT ME (Catitan Kehidupan Ku)

Nota :
Apa yang aku ceritakan dibawah ini adalah cerita benar berkenaan diriku. Tak pernah aku menceritakan secara lengkap sebagini walaupun kepada isteri dan anak2ku sebelum ini. Tujuan aku menceritakan secara terperinci berkenaan diriku adalah untuk memberi panduan dan pengajaran kepada anak2, cucu2 dan generasiku yang akan datang bahawa tidak mudah untuk membentuk satu kehidupan dan aku juga mahu mereka tahu yang di suatu ketika ujud seorang insan kerdil bernama Ramli Noor mengharungi liku2 hidup untuk terus bernafas dan bertapak mengecapi nikmat yang sementara didunia ini.

Aku sedar bahawa dengan tercatitnya kisah benar ku ini mungkin akan menyinggung perasaan orang2 yang berkaitan. Namun bukanlah tujuan ku untuk memuji, menghebah dan menghina sesiapa tetapi hanya semata2 untuk menzahir apa yang sebenarnya berlaku terhadap diriku supaya dijadikan iktibar dan pengajaran yang berguna dalam membentuk suatu kehidupan yang tulus dan mulus.

Selamat membaca...


Lahirnya seorang insan kerdil di dunia ini.

Assalamualaikum. Warahmatullahhi Wabarakatuh...

Nama ku Ramli bin Noor. Nama inilah yang tercatat didalam Surat Beranak dan juga Kad Pengenalan ku. Aku suka nama ini dan akan kekal menggunakan nama ini sehingga ke akhir hayatku didunia ini. Kenapa aku berkata bagini?. Sebenarnya nama ayahku bukanlah Noor tetapi namanya ialah Mohamed Nor. Aku tidak tahu apa silapnya berlaku semasa pendaftaran kelahiran. Serba sedikit yang aku tahu ialah datuk ku yang bernama Ahmad b Said yang membuat pendaftaran akan kelahiranku. Kabarnya, ibuku mahu supaya aku diberi nama Johari. Tetapi datuk ku mendaftarkan nya sebagai Ramli dan nama ayahku adalah Noor sahaja. Namun seperti aku katakan tadi iaitu aku tidak akan memperbetulkan kesilapan pendaftaran tersebut. Akibatnya, mungkin akan berlaku kesukaran dalam penentuan waris kerana nama ayahku tidak sama dengan yang tercatat pada pengenalan diriku. Namun, aku percaya yang perkara ini tidak akan mendatangkan sebarang masalah kepada diriku. Kerana jauh disudut hatiku sudah tertanam ikhtikad bahawa biar bagaimana susahnya keadaan diriku, aku tidak akan meminta pertolongan dan tidak akan menerima sebarang harta walaupun diberi oleh kedua ibubapaku.

Lihatlah, permulaan kehidupan ku sudah bermula dengan kesilapan. Ini adalah satu pengajaran yang berguna kepada diriku. Aku gunakan pengajaran ini dalam membuat pendaftaran bagi kesemua anak2ku. Aku tulis nama mereka pada kertas dan aku sendiri yang mendaftarkan kelahiran mereka di pejabat pendaftaran. Hasilnya tidak ada seorang pun diantara nama anak ku yang silap. Bahkan ejaan nama mereka pun sama seperti apa yang aku tulis dan kehendaki semasa membuat pendaftaran.

Walau bagaimana pun, nama ibuku iaitu Kalsom binti Taib ditulis dengan tepat dalam surat beranak dan kad pengenalan ku.  Mungkin inilah kebesaran Allah SWT untuk menjelaskan bahawa tanpa kesilapan ibu inilah yang melahirkan aku. Tanggal 7hb Julai 1955, (7-7-55) aku dilahirkan di sebuah rumah berlamat 619, Permatang Rambai, Kepala Batas, Seberang Perai, Pulau Pinang. Kabarnya kelahiranku tidak membawa keceriaan kepada kedua orang tua ku. Sementelahan lagi aku mendapat tahu bahawa Tok Bedah iaitu tok bidan kampong yang menyambut kelahiranku mengeluarkan kenyataan yang menyayat hati iaitu anak ini (diri ku) amat keras dan membawa petanda masalah kepada keluarga. Mungkin secara kebetulan, apa yang dikatakan tok bidan mula menampakkan kebenaranya. Keharmonian hubungan diantara kedua ibu bapa ku mula bermasalah. Ayah dan ibuku berpisah selang beberapa bulan kelahiranku. Pada ketika tersebut aku mempunyai seorang abang kandung yang berusia 2 tahun lebih dari umurku.

Pada peringkat permulaan, aku dan abangku berada dibawah jagaan ibuku dan keluarganya. Tetapi, sudah suratan takdir nasibku, dalam umur yang beberapa bulan, aku diserahkan kepada ayahku dan keluarganya untuk membesarkan aku. Kabarnya, serahan penjagaan dilakukan kerana aku kuat menangis siang dan malam. Emak ayahku yang bernama Che Siah binti Ahmad iaitu nenek aku inilah yang bertanggung jawab memeliharaku. Pada ketika itu aku diberitahu bahawa ada beberapa keluarga ingin mengambil aku menjadi anak angkat mereka namun nenekku masing sayangkan ku dan tidak mahu memberi kepada mereka yang meminta. Selang beberapa ketika selapas aku berada dibawah jagaan nenekku ayah ku kerap kali keluar rumah mencari pekerjaan. Tinggalah aku dengan nenek dan datukku beserta dengan seorang ibu saudara angkat ku dirumah meneruskan kehidupan. Nenek ku, aku panggil Emak dan Datuk aku panggil Bapak sehingga keakhir hayat mereka. Namun kesialan nasibku semakin menjadi-jadi. Kemiskinan yang tegar mungkin menjadi punca menghimpit ketenteraman keluarga nenek dan datukku. Aku pernah mendengar cerita oleh jiran-jiran bahawa kemiskinan yang amat sangat menyebabkan banyak peralatan dan perkakas dapur dijual oleh datuk ku untuk mendapatkan wang perbelanjaan. Kabarnya, ketika usiaku melebihi setahun nenek dan datukku pula berpisah.

Keadaan kemiskinan yang dialami keluarga kami menyebabkan apa saja yang ada boleh dijadikan makanan di masak untuk di makan. Tidak hairanlah sehingga sekarang pun aku amat menyukai sayur kampung seperti pucuk manis, betik, jantung pisang, rebung, buah binjau, pucuk geti, keladi dan sebagainya. Nenek ku sendiri memberitahu bahawa aku jarang diberi minum susu semasa kecil. Kalau adapun hanya jenis susu pekat cap junjung yang dicairkan. Minuman ku tak lebih dari air masak atau teh O. Ketagihan susu semula jadi bagi seorang bayi menyebabkan aku akan menghisap hujung bantal atau hujung baju yang ku pakai sehinggakan aku digelar "yu pek pek". Sehingga sekarang pun aku tidak mengetahui makna gelaran tersebut. Susahnya aku untuk meninggal tabiat menghisap hujung bantal dan hujung baju ini sehingga usiaku hampir masuk alam persekolahan. Seingat aku, daging terlalu jarang dibeli. Kalau ada pun hanya mungkin di hari perayaan sahaja. Oleh kerana sekali sekala sahaja aku melihat daging semasa kecil menyebabkan aku terasa jijik untuk memakannya hinggalah sekarang. Ayam dan itek bahkan disuatu ketika kambing pun ada diternak oleh nenekku. Namun binatang ternakan ini hanya dijual untuk mendapatkan wang perbelanjaan. Jadi sebut saja apa jenis daging termasuk ayam, itik, kambing, lembu dan sebagainya aku bagitu jijik untuk memakannya hingga sekarang.

Bagitu juga dengan jenis ikan. Pada ketika tersebut hanya ikan termenung (kembong), tamban dan ikan bilis sahaja yang murah harganya dan mampu dibeli oleh nenek ku. Dan hanya 3 jenis ikan inilah yang aku makan hingga sekarang. Peliknya, aku tak rasa jijik pula dengan ikan bawal, tenggiri atau ikan2 besar lain tetapi apabila aku cuba memakan sedikit ikan jenis mahal ini apabila dewasa aku dapat bezakan bahawa ikan kembong, tamban dan ikan bilis lebih sedap dari ikan2 besar itu. Keadaan itu menyebabkan aku tidak berselera langsung untuk menjamah ikan2 besar tersebut hingga ke hari ini. Walau bagaimana pun aku menggemari udang, sotong dan ketam. Mungkin kerana rumah ku tidak jauh dari laut dan lazimnya pada zaman tersebut penjual ikan akan menjual hasil tangkapan nelayan kecil merangkumi udang, ketam, sotong pada harga yang murah. Bagitulah kemiskinan dan kesusahan yang ku alami semasa kecil sehingga menjadi sebati dengan cara hidup ku kini.

Pakaian yang aku miliki pada ketika itu tak perlu diceritakan. Asal boleh pakai sahaja. Aku masih dapat mengingati semasa aku masih kecil belum bersekolah aku sering disuruh kekedai runcit oleh jiran sekampong bernama Tok Nya Melaka untuk membeli rokok dan sebagai upahnya aku kerap diberi baju2 dan seluar terpakai yang tak muat dipakai lagi oleh cucunya Brahim. Ada yang seluar2 yang diberi itu sudah koyak namun nenek ku lah yang menjahit tangan supaya aku boleh memakainya.  Seingat aku tidak pernah meminta nenek ku untuk membeli seluar dan baju kerana aku sendiri melihat dan merasai kesusahan yang dialaminya. Untuk meminta kepada ayahku, jauh sekali. Aku bagitu takut dengan ayahku kerana sikapnya yang garang terhadapku. Sering kali aku selalu mengelak dari berhadapan dengan ayahku. Jauh sekali untuk bercakap dengannya. Aku sentiasa berusaha untuk menghilang diri atau mengelak-elak daripada makan bersama ayahku. Banyak sangat tata tertib yang perlu aku jaga ketika makan bersama beliau. Mithalnya, kalau kunyahan ku berbunyi alamatkan bersemburlah nasi dari mulutku akibat ditamparnya. Bukan sahaja makan malah apabila beliau dengar sahaja tapak kaki ku berjalan agak kuat dilantai maka siaplah aku ditampar atau dikerjakannya. Kegembiraan pada ku ketika itu ialah apabila ayahku tak balik kerumah atau bekerja dan tinggal dirumah sewanya di Bagan Dalam.

Walau bagaimana pun aku masih ingat ketika aku berlajar didarjah 3. Suatu ketika sebelum raya ayahku membawa aku ke Tanjong (P.Pinang) dan membeli seluar pendek warna putih, baju t-shirt berzip warna kuning dan sepasang kasut sepatu hitam untuk dipakai semasa hari raya. Itulah saat kegembiraan yang teramat sangat yang aku rasai dan dapat ku ingat hingga kini. Itulah pertama kali aku naik bas dan naik feri ke Pulau Pinang. Baju dan seluar yang dibeli itu sering kali aku pakai kesekolah kerana itulah sahaja baju baru yang aku ada. Walau pun nampak janggal dan berbeza pakaian dengan rakan sekolah ku namun guruku tak pernah memarah diri ku. Kebanyakkan guru2 itu tinggal sekampung dengan ku dan mereka tahu keadaan hidup ku.

Umurku menjangkau 6 tahun.

Untuk menambahkan pendapatan keluarga, nenek ku membuat kuih apum(apam)  dan cucur badak (kuih badak) untuk dijual. Selepas subuh aku ditemani oleh emak saudaraku berjalan sekeliling kampung untuk menjual kuih. Aku akan menjerit-jerit menjaja kuih dan mak su ku akan mengira wang yang dibayar oleh pembeli untuk beberapa ketika sehinggalah aku mampu untuk berurus niaga sendiri. Perniagaan kuih ini aku lakukan sehinggalah apabila aku masuk sekolah menengah. Diantara peristiwa yang tak dapat aku lupakan ketika menjual kuih ini ialah menjaja kuih ketika suasana perintah berkurung tahun 1969. Aku juga sering lewat masuk kesekolah kerana terpaksa menjual kuih terlebih dahulu. Cik Gu sekolah ku pun faham dengan keadaan diri ku ketika itu. Pendapatan keluargaku agak stabil sedikit semasa ini.

Nenekku mampu membeli pakaian sekolah ku apabila aku akan memasuki darjah satu. Aku amat gembira kerana akan memulakan alam persekolahan. Ramai kawan-kawan seusiaku seperti Samsudin akan mendaftar bersama ku. Namun ianya tidak menjadi kenyataan. Ayahku menyuruh aku masuk sekolah di Permatang Sintok sedangkan semua kawan2 sekampong ku masuk sekolah di Penaga. Aku mengikut saja kerana secara kebetulan Mak Su aku pun bersekolah di Permatang Sintok. Aku tak sabar untuk memulakan alam persekolahan. Hari pertama mendaftar aku berjalan kaki kesekolah bersama maksu ku seawal selepas subuh. Aku terpaksa mengikut maksu ku kerana beliau akan masuk sekolah awal. Setibanya di sekolah, aku terpaksa menunggu bersama kanak2 lain yang ditemani oleh ayah atau pun ibu mereka.

Aku masih ingat ketika pendaftaran, aku tidak tahu apa yang harus dilakukan selain berdiri sahaja ditepi sekolah. Ditanganku ada surat beranak ku dan beg rotan yang dibeli oleh nenek ku. Tiba-tiba seorang Cik Gu perempuan bercermin mata menghampiri diriku. Dia bertanya, nak masuk sekolah ke? Dan dimana ibu bapa ku?.  Aku katakan yang aku datang bersama maksu dan dia sudah masuk kelas. Cik Gu ini namanya Hasnah dan dia meminta surat beranak yang aku pegang ditangan ketika itu. Kemudian dia berkata kepada ku, "hang anak Som ke? dan ayah hang nama Che Nuk."  Aku  mengangguk saja dan aku tak tahu dia cakap Som mana. Che Nuk memang betul nama panggilan ayahku dikampong. Seingat aku nenek ku tak pernah menceritakan yang aku ada emak bernama Som. Sementelahan, aku pun tak tahu membaca apa yang ditulis dalam surat beranak ketika itu. Che Gu Hasnah mengatakan lagi yang beliau adalah kawan baik ibuku semasa remaja. Lalu beliau pun terus menguruskan pendaftaran ku dan membawa aku masuk kekelas yang berkenaan. Aku masih ingat beliau berpesan supaya aku menunggu di kelas sehingga waktu rehat.

Apabila tiba waktu rehat, Cik Gu Hasnah datang kepada ku. Maksu ku pun datang juga. Tetapi Cik Gu Hasnah suruh maksu ku pergi makan dengan kawan2 dan suruh dia ambil aku apabila ketika balik nanti. Aku dibawa oleh Cik Gu Hasnah makan bersama2nya dibilik guru. Bagitulah seterusnya yang berlaku setiap hari sehingga seingat aku tidak mahu mengikutnya lagi. Dibilik guru, beliau menuangkan air dan memberi kuih untuk ku makan sambil bercakap-cakap dengan guru lain berkenaan diriku.

Aku semakin aktif dan agresif di sekolah. Otak ku baik juga sebab aku sering mendapat top 3 dalam darjah apabila setiap peperiksaan penggal. Namun apabila dirumah aku masih dikawal ketat oleh ayah ku yang mahukan aku maju dalam pelajaran. Ayahku menetapkan jadual belajar dan dipantaunya apabila beliau dirumah. Setiap petang, aku kena baca buku dulu sehingga pukul lima. Beliau akan menanya apa yang aku baca pada pukul lima. Dan biasalah ditangannya akan ada kayu pembaris tebal berwarna kuning berhujungkan besi. Sekiranya jawapan ku, salah jari ku akan melecet diketuknya. Telingaku sudah lali dengan jentikan dan kepalaku sudah acap ditonjol-tonjolkan.

Aku Lari dari rumah

Sehingga sekarang aku tidak tahu kenapa ayahku amat garang terhadapku semasa kecil. Aku masih ingat apabila suatu hari ketika aku dalam darjah empat, aku balik kerumah ketika rehat kerana aku ingin memakan makanan lebihan yang dimasak oleh nenek ku pada pagi tersebut. Setibanya aku dirumah aku terkejut kerana rupanya ayahku ada dirumah. Aku memberitahunya bahawa aku balik nak makan tetapi beliau terus meluru kepada ku menampar dan menyepak ku. Aku terjun dari rumah dan terus berlari dan aku lihat beliau terus mengejarkan hingga aku masuk menyorok kedalam hutan belakang rumah Pak Bakar Ceti. Apabila aku lihat beliau tidak menjumpai aku, aku pun  terus keluar ke sekolah dengan pakaian ku yang kotor. Selesai waktu sekolah, aku tak berani balik kerumah. Aku tunggu dibawah pokok berhampiran sawah padi sehingga hari senja. Pada malamnya aku naik ke surau batu 17 yang ketika itu tidak digunakan. Kelibat aku disurau itu rupanya diperhatikan oleh Kak Chah Pak Bakar melalui tingkap rumahnya diseberang jalan bertentangan dengan surau. Beliau datang ke surau dan bertanya kenapa aku ada disitu. Aku memberitahu yang aku takut untuk balik rumah. Beliau bawa aku pergi tidur dirumahnya. Besok pagi nenek ku datang membawa baju sekolah yang lain dan beliau tidak membuat kuih pada hari tersebut.

Paginya aku pergi sekolah seperti biasa dan apabila pulang aku tinggal dan tidur di rumah Kak Chah. Bagitulah sehari-hari sehingga hampir 2 minggu aku tinggal disitu dan tak bailk rumah. Nenek ku setiap hari akan membawa makanan dan keperluanku. Itulah pertama kalinya aku lari dari rumah. Saban hari nenek ku memujuk supaya aku balik kerumah kerana katanya ayah ku dah tak marah dan dia hendak buat kuih semula. Akhirnya, aku balik ketika ayah ku tiada dirumah kerana bekerja. Kegarangan ayahku terhadapku bukannya sekali dua malah banyak kali aku dibelasah atau dipukul. Kuatnya pukulan beliau akan menyebabkan aku terkencing dan terberak setiap kali aku dipukul. Bekas pukulan tak perlu cakaplah. Kadang-kadang berhari2 baru nak hilang kesan lebam di tubuhku.

Aku masih ingat di suatu ketika aku dalam darjah 5 aku dipukul bagitu teruk sekali. Kisahnya bermula apabila aku terjumpa sekeping barangan kulit (seperti kulit kasut) terselit di alang atap rumah. Aku mengambil kulit tersebut dan memotong untuk dibuat pelapik lastik. Aku bagi sebahagian kepada kawanku Din untuk dia buat sama pelapik lastik. Apabila ayahku menyedari bahawa barangan kulit yang diselit di alang telah tiada maka dia pun bertanya pada ku. Sebenarnya aku memang tak sangka yang kulit itu ayahku yang simpan sebab semasa aku mengambilnya keadaannya sudah terlalu lama dan amat lusuh. Kalau aku tahu beliau yang letakkan disitu sudah pasti aku tak akan mengusiknya. Maka aku pun beritahunya yang aku ambil buat pelapik lastik. Apalagi, penampar dan penyepak pun singgah ke muka dan badan ku. Nenek ku cepat menjerit suruh aku berlari. Aku pun terus berlari. Sebenarnya aku memang amat kuat berlari di usia itu. Di sekolah walaupun aku darjah lima tetapi aku dapat mengalahkan budak darjah 6 dalam acara olahraga tahunan. Bahkan aku selalu mewakili sekolah semasa aku darjah 5 lagi dalam acara jemputan 4 x 100 meter antara sekolah2 daerah Kepala Batas. Aku merupakan pelari terakhir dan seingat aku selalu memenangi tempat pertama atau sekurang-kurangnya kedua disekolah2 berkenaan. Nenek dan maksu ku adalah penyokong setiaku yang sentiasa hadir ke acara sukan sekolah untuk melihat aku berlari. Selalunya aku sapu bersih untuk kesemua acara olahraga yang aku sertai. Ketika itu hadiahnya seperti pinggan, cawan, sapu tangan, cerek air dan berbagai lagi yang bukannya piala atau medal seperti masa sekarang.

Kembali kepada cerita aku dikejar tadi. Sebenarnya sebelum ini ayahku tak pernah dapat apabila beliau mengejarku walaupun dia pun kuat berlari. Tapi pada hari itu oleh kerana aku telah kena sepakkan di rusuk aku jatuh ditepi jalanraya kira2 50 meter setelah berlari dari rumah. Apalagi kali ini kayu pula yang singgah dibadanku. Suasana bagitu riuh dan gawat sehinggakan jiran2 berdekatan berlari datang menolongku. Aku ketika itu separuh sedar dan lihat nenek sedang memelukku. Pak Bakar sedang memegang ayahku. Aku langsung tak berdaya nak bangun dan tahi penuh dikaki dan seluarku. Aku tak ingat siapa yang mengangkat aku ke rumah. Pada masa itu orang jarang pergi klinik. Apalagi klinik desa pun tiada. Orang kampung bergantung kepada ubat2 kampung atau pun beli ubat "MB" untuk mengubati luka dikedai Cina. Aku terbaring dirumah dan nenek menyapu minyak angin di tubuhku. Bagitulah teruknya aku dipukul oleh kesalahan ku yang tak seberapa.

Seperti aku katakan tadi, kejadian seperti itu bukan sekali. Suatu malam, aku masih ingat pergi menonton TV cerita Melayu dengan Maksu ku di rumah Kak Chah, Pak Bakar.  Sebelumnya memang aku tak nak pergi menonton kerana aku telah diberi ingatan oleh ayahku agar jangan keluar malam menonton TV di rumah orang. Maksu ku mengajak juga untuk menemaninya kerana seingatku cerita malam itu cerita Hantu Jerongkong dan nenek ku pun suruh pergi kerana ayahku tiada dirumah ketika itu. Tiada larangan untuk Maksu ku dan dia bebas untuk pergi menonton bila2 masa yang dia mahu. Sebaik tiba dirumah apabila pulang dari menonton aku lihat ayahku sedang tunggu ditangga. Beliau meluru kepada ku sambil berkata kenapa aku pergi tengok TV. Aku apalagi, dalam gelap aku buka langkah seribu. Aku berlari dan menyorok dibawah rumah Kak Chah, Pak Bakar. Aku nampak kelibat ayahku berpusing-pusing mencariku tapi tak berjumpa. Malam itu aku menyorok dibawah rumah itu sampai ke pagi. Aku lebih takut dipukul daripada takutkan hantu.

Besok paginya, aku tak berani balik kerumah. Aku cakap dengan Kak Chah dan beliau pergi mengambil pakaian sekolahku dan seterusnya aku tinggal disitu untuk beberapa hari. Seperti sebelum ini nenek dan maksu ku akan datang menghantar makanan. Itulah seingatku kali kedua aku lari dari rumah. Setelah dipujuk oleh nenek aku pun kembali kerumah. Mungkin nenek telah memujuk ayahku sebelum memujuk ku. Kerana setiap kali aku balik selepas lari ayahku tak pernah bertanya kepada ku. Selalunya aku tidak bercakap dengannya sehinggalah beliau menegurku.

Banyak lagi kejadian2 yang menyebabkan aku dipukul seperti kegagalan ku melepaskan kerbau orang yang terbelit dipokok dekat rumahku apabila ayahku rimas mendengar bunyi kerbau itu. Aku yang masih kecil takut dengan situasi kerbau yang naik minyak dan tak berupaya melepaskan tali yang terbelit menyebabkan aku pula jadi mangsanya. Terpaksa mencari kambing yang hilang dari petang, malam hingga kepagi bertemankan pelita minyak tanah disegenap ceruk kampong dan akhirnya tak berjumpa juga. Mungkin kambing itu telah dicuri orang. Di pukul kerana mandi sungai atau parit taliair. Dan berbagai lagi yang kisahnya hampir sama seperti yang diceritakan sebelum ini.

Satu Pengajaran yang amat berguna

Sebenarnya bukanlah tujuan ku menceritakan apa yang aku alami itu untuk mengaibkan sesiapa. Tetapi bertujuan untuk mendidik anak2, cucu2 dan sesiapa sahaja yang membaca kisah ku ini untuk menyayangi anak2 mu. Mereka adalah rezeki anugerah Allah SWT. Kelahiran mereka tidak diminta dan tidak ada apa kesalahan mereka yang menyebabkan kamu melahirkan mereka kedunia. Sayangilah mereka dan jangan sakiti mereka. Kamu mungkin tidak merasa apa2 ataupun sudah lupa peristiwa yang kamu lakukan terhadap mereka. Namun mereka yang merasainya akan mengingatinya sepanjang hayat. Ianya adalah seperti Trauma dan badi yang melekat dihati. Mereka akan sentiasa terbayang peristiwa hebat yang mereka alami apabila berhadapan sahaja dengan kamu. Apa yang aku alami adalah satu gangguan perasaan yang sentiasa menghantui pemikiranku. Sebab itulah aku terasa amat berat untuk pulang kekampong walaupun tempat yang paling aku sukai untuk dilawati ialah Pulau Pinang. Tidak hairanlah apabila aku sanggup menginap di Penang dan hanya bermalam tak lebih dari semalam dirumah keluargaku walaupun isteriku tidak bersetuju dengan tindakanku kerana beliau mahu tinggal lebih lama dirumah keluarga.

Namun aku percaya ada insan yang diluar sana mengalami peristiwa yang lebih teruk dari apa yang aku alami. Pihak Petronas pernah menghantar aku mengikuti kursus "Frenz Learning" (Bukan belajar Bahasa French) yang dikendalikan oleh Consultant Barat suatu ketika dulu berhubung dengan aspek "kekuatan diri mengatasi perasaan inferiority." Kursus ini memberi peluang kepada peserta untuk menceritakan apa saja berkenaan dirinya. Aku terkejut kerana mendengar cerita dari salah saorang peserta yang amat tragik  sekali jauh lebih teruk daripada apa yang aku alami sehingga aku tidak langsung menceritakan kisahku. Peserta itu bernama Abdul Razak dan pada ketika itu beliau hanya berjawatan eksekutif sahaja. Ketika menceritakan beliau gagal mengawal perasaan dan menangis teresak-esak. Kisahnya,  beliau dianggap anak sial dalam keluarga iaitu ibu bapanya sendiri termasuk adik beradiknya. Kejadian memukul dan sepak terajang oleh bapanya, maki hamun oleh ibunya disertai pula oleh adik beradiknya membuatkan beliau lari rumah selepas tamat tingkatan 3. Namun ada insan yang menyayanginya iaitu diambil sebagai anak angkat oleh seorang pakcik yang sama2 bekerja dengannya disebuah kedai makan.

Lazimnya orang2 yang terinanya ini amat dikasihi tuhan. Abdul Razak menyambung pelajarannya di tingkatan 4, 5 dan mendapat keputusan cemerlang serta berjaya memasuki ITM. Namun kelemahan Abdul Razak seperti yang beliau ceritakan ialah walaupun beliau sedar kedua ibubapanya masih ada tetapi beliau tak berupaya melangkah kaki menemui mereka. Bahkan yang lebih menyedihkan apabila beliau mengatakan yang beliau sanggup memandu berpuluh kilometer pergi melintasi rumah ibubapanya untuk hanya menunjuk kepada anak2nya tanpa singgah untuk menemui mereka. Beliau juga maju dalam kerjaya dan jawatan terakhir yang aku dengar sebelum aku berhenti di Petronas ialah beliau menjawat jawatan Senior Manager. Memandangkan usianya jauh lebih muda dariku, aku percaya beliau akan meningkat ke jawatan yang lebih tinggi selepas ini.

Seorang lagi yang aku tahu kisahnya yang jauh lebih hebat ialah Hamid namanya. Kini beliau berusia dalam lengkongan 60 tahun. Hamid ini gila orangnya. Entah macam mana dalam sebulan dua ini beliau muncul di Masjid tempat aku bersembahyang dan tinggal disini. Bila tiba masa gilanya, beliau akan bercakap, bersungut dan berbagai lagi. Selalunya tak lah teruk sangat gilanya dan boleh bersembahyang berjemaah pulak tu. Tetapi, suatu pagi beliau mengunci masjid dan kami yang datang untuk sembahyang subuh tidak boleh memasukinya. Polis terpaksa dipanggil dan Hamid ditangkap. Walau bagaimana pun aku baik dengan Hamid dan amat bersimpati dengannya. Aku selalu menderma untuknya bagi beliau membeli makanan. Beliau juga amat menghormatiku dan selalu memberi salam dan berjabat tangan apabila bertemu denganku. Suatu hari aku bersembang dengannya dan disini baru aku tahu namanya Hamid. Aku tanya sejarah kehidupannya. Katanya ketika beliau kecil, bapanya berkahwin lain dan beliau tinggal bersama bapanya. Tetapi, setelah berkahwin bapanya berubah sikap. "Selalu aku kena pukul dan bapa aku sepak aku macam bola" kata Hamid. Mungkin beliau tak tahan dan lari dari rumah dan merantau merata-rata. Kini aku tak tahu dia dimana. Mungkin di Hospital atau Wad Gila di Tanjung Rambutan. Kesian, Hamid. Kalau dia muncul lagi aku akan terus membantunya.


Pertama kali bertemu ibuku.

Seperti kanak2 lain, pada cuti penggal pertama semasa didarjah empat, aku di masukkan berkhatan bersama kawanku Rahim Pak Bakar Ceti. Sebenarnya, perkhatanan aku tidak dirancang. Mak Chaq iaitu emak si Rahim datang memanggil nenekku untuk memasak kenduri kerana hendak bersunatkan Rahim pada keesokkan harinya. Nenek ku meminta supaya aku dimasukkan sekali dan Mak Chaq bersetuju. Besoknya berkhatanlah aku dengan si Rahim. Berkhatan pada masa itu menggunakan batang pisang dan Tok Mudim yang melakukannya menggunakan pisau tajam. Ubatnya hanya ubat kampung dan dibasuh dengan air masak suam pada waktu pagi untuk menanggalkan balutan kain pada tempat luka. Pada kebiasaannya akan mengambil masa dalam seminggu sebelum kain balutan dapat ditanggal dan luka semakin kering. Makanan yang boleh dimakan ketika itu ialah nasi dengan ikan masin sahaja.

Pada hari kedua aku berkhatan, Mak Chaq datang beritahu bahawa emak kandung aku ada datang untuk melawatku. Seketika kemudian aku lihat seorang perempuan muda dalam usia awal 20an naik kerumah dan terus berhadapan denganku. Mak Chaq mengatakan kepada ku "Ni emak hang. Aku tak tahu nak cakap apa hanya menjawab apa yang ditanya. Semasa dia hendak balik, dia ada menghulurkan duit kepada ku dan Rahim. Aku tak ingat berapa ringgit tapi dalam ringgit2 jugalah. Sebenarnya, seingat aku itulah pertama kali orang memberi aku duit lebih dari seringgit. Sebelum ini ada juga orang bagi aku duit, tapi tak lebih dari 2 kupang (20 sen) sekali beri. Yang selalu bagi aku duit ialah Pak Bakar iaitu bapa kepada Kak Chah. Kadang2 saja dia suruh aku jaga kerbau diwaktu petang dan aku diberi upah 10 sen sekali jaga. Dia juga sering mengajak aku menolongnya mengering dan menampi padi. Sebagai upah, aku dibelikan baju dan seluar.  Aku juga bebas menggunakan basikal tuanya. Dia dan keluarganya amat baik kepadaku. Mungkin dia tak ada anak lelaki dan hanya ada 2 orang anak perempuan yang sudah dewasa. Nenek ku pernah memberitahu bahawa Pak Bakar dan isterinya Mak Dah adalah diantara keluarga yang berhasrat mengambil aku sebagai anak angkat semasa aku diserahkan olih ibuku kepada nenek.

Selain dari Pak Bakar, orang yang selalu beri duit padaku ialah Pak Long Nok, abang kepada emak kandungku. Aku tak kenal sangat orang ini pada mulanya tetapi apabila berjumpa saja beliau di pekan Penaga atau dimana2 saja dia akan datang kepada ku dan memperkenalkan yang dia ini Pak Penakan aku dan beri duit 20 sen. Seorang lagi yang selalu bagi duit pada ku ialah orang yang aku panggil nama Abang Chad. Dia ni kawan baik ayahku. Sekarang ini dia tinggal seorang diri disebuah pondok kecil di belakang Masjid Bakar Kapor. Dia selalu berikan aku duit 20 sen setiap kali berjumpa walaupun aku nampak orangnya amat susah, bekerja sebagai nelayan dan hanya naik basikal buruk. Aku masih melawat orang2 yang menolongku dulu seperti Kak Chah dan Abang Chad apabila aku balik saja ke Penang. Yang paling aku suka ialah Abang Chad yang sedang uzur dan tak boleh berjalan ini masih mengingati aku. Dan kali pertama aku beri salam apabila berjaya mencari dan bertemunya beberapa tahun dahulu, dia kenal akan suara ku dari luar pondoknya. Aku masih ingat dia kata "Li anak Mad Nok ka tu..". Menitis airmataku dan anakku Mohammad Radzi ada mengikutku ketika itu. Kak Chah pun sama, apabila bertemu saja dengannya tak lain dia akan berkata "Hang dulu susah betul li. Ayah hang garang. Kesian hang lari rata tempat." Inilah orang-orang yang aku sentiasa lawati apabila aku balik saja ka Penang, ada kesempatan dan ada hayat mereka didunia ini.

Nilai duit pada masa itu amat besar. 20 sen boleh makan sepinggan mi rebus Mamak  Sharif. Jadi, sudah tentu aku amat gembira menerima wang beringgit dari ibuku. Duit itu aku serahkan kepada nenek ku apabila beliau datang pada hari tersebut. Pada besok paginya, nenek aku datang dan meminta aku mengikutnya untuk balik kerumah. Dia kata ayahku suruh balik. Seingatku semua peristiwa perkhatanan aku diusahakan oleh nenek ku. Semasa kenduri, majlis berkhatan dan ketika aku berada di rumah Mak Chaq, dia tak datang langsung untuk melihatku. Tapi setibanya aku dirumah, aku lihat beg rotan sekolah aku tergantung di alang atap rumah. Dalam beg itu ada semua pakaianku terutama seluar. Ayahku berkata bahawa aku tidak boleh keluar rumah sehingga aku benar2 sembuh. Selang dua tiga hari, kain pembalut luka tertanggal namun luka dan bengkak belum sembuh betul. Rahim sudah boleh pakai seluar dan kerap datang menziarah aku. Namun aku hanya ada kain sahaja untuk dipakai dan tak boleh keluar kemana. Beg itu hanya dikait oleh nenek ku setelah lukaku sembuh sepenuhnya.

Aku tak pasti, mungkin ayahku marah apabila mendapat tahu ibuku ada datang melawatku. Selepas peristiwa itu aku kerap dibawa oleh nenekku untuk menziarah sanak saudaranya di Kampong Lembah dan Permatang Janggus iaitu kampong rumah keluarga ibuku. Salah sebuah rumah yang dia selalu pergi terutama pada musim buah bacang ialah Rumah Chu Mah di Kampong Lembah. Anak Chu Mah namanya Pak Su Mad amat baik dengan ku. Setiap kali aku pergi kerumahnya bersama nenekku beliau akan membawa aku naik motorsikal kerumah Tok Timah iaitu emak kepada ibuku. Nampaknya Tok Timah ini juga sayang kepadaku seperti nenekku juga. Beliau selalu menahanku untuk tidur dirumahnya. Beliau tinggal seorang diri. Jadi apabila nenek berkunjung dan tidur dirumah saudaranya aku pula tidur dirumah Tok Timah. Besok paginya aku dijemput oleh Pak Su Mad. Bagitulah aku mengenali seorang lagi nenek ku. Pak Su Mad ini juga pernah membawa aku naik motorsikal pergi kerumah ibu kandungku semasa beliau sakit tenat. Dia datang mengambil aku dirumah dan katanya ibuku sedang sakit tenat dan hendak sangat berjumpa dengan aku.

Itulah pertama kali dalam umurku 10 tahun menjejak kaki dirumah ibuku yang sudah berkeluarga. Keadaan rumah ibuku kemas dan cantik sedikit dari rumahku. Rupanya dia orang susah juga. Bapa tiriku bernama Abdullah bin Arshad. Ketika itu ada 2 orang budak lelaki 2 orang kanak2 perempuan yang masih kecil. Yang lelaki itu ialah abang kandongku yang dipanggil Ros atau Rosli. Seorang lagi abang Din iaitu anak kepada ayah tiriku. Abangku ini pernah juga datang kerumah ku dengan menaiki basikal. Tujuan dia datang ketika itu ialah meminta duit belanja dari ayahku. Aku rasa, adakalanya dia mungkin tidak mendapat apa yang dimintanya kerana aku pernah melihat dia merungut-rungut dan menangis apabila bercakap dengan ayahku. Namun sikap ayahku terhadapnya amat baik. Aku tak pernah nampak ayahku memarahi nya. Ada satu ketika ayahku lari dengan basikal dikejar oleh abangku yang meminta ayahku membeli seluar jean warna putih. Aku hanya mampu melihat sahaja gelagat mereka kerana jangankan meminta untuk mengeluarkan suara bercakap dengan ayahku pun aku tak berani.

Semasa aku didarjah 5, seorang Cik Gu bernama Mansor Salleh amat menyayangi ku. Beliau tinggal di Bagan (Butterworth) dan datang ke sekolah memandu kereta Toyopet kuning. Kereta jenis toyota dan amat popular ketika itu. Beliau melantik aku sebagai Penolong Ketua Murid di Sekolah. Setiap pagi Isnin aku dan ketua murid budak darjah 6 akan berdiri dihadapan mengetuai nyayian negaraku dan menaikan bendera di perhimpunan pagi. Aku juga dilantik mengetuai pasukan sukan Rumah Merah walaupun ketika itu aku baru berada di darjah 5. Aku juga mengetuai pasukan bolasepak sekolah dan mengetuai skuad 4 x 100 meter bagi pasukan sekolah. Semasa di darjah 6 aku menjadi Ketua Murid, Ketua Rumah Pasukan dan acara sukan. Aku masih ingat beliau kerap memberikan aku duit untuk menggunting rambut dan membeli baju sekolah. Satu peristiwa yang aku masih ingat ialah semasa beliau merampas semua buah guli pelajar kerana sering bermain di sekolah dan menyerahkan kesemuanya kepadaku berjumlah beratus biji dalam 2 beg untuk disimpan dalam almari sekolah dan kuncinya diberi padaku. Yang menarik nya, pada ketika cuti penggal terakhir tamat persekolahan darjah 6 beliau ada datang kerumahku dengan memandu keretanya dan memberi kesemua 2 beg guli tersebut.  Semasa dia beredar, aku melihat airmatanya mengalir. Semasa cuti di ITM aku ada pergi ke Sekolah Permatang Sintok untuk mencarinya. Tetapi diberitahu beliau sudah lama tukar sekolah ke Butterworth. Rupanya ada banyak insan yang bersimpati dengan kehidupanku.

Dalam bidang pengajian agama aku amat ketinggalan. Aku hanya habis membaca Muqaddam sahaja yang aku pelajari dengan Kak Chah tanpa bayaran. Tetapi, melalui pembelajaran Agama Islam di sekolah aku mula bersembahyang kira2 dalam darjah 4. Namun pada ketika itu aku masih takut-takut untuk bersembahyang dirumah. Nenek ku tahu aku bersembahyang tetapi ayahku tak tahu. Aku akan bersembahyang apabila beliau keluar rumah. Tetapi, pada suatu hari beliau memerangkap ku kerana melihat kegelisahan diriku yang nampak gelisah dan suka sembunyikan diri. Beliau keluar rumah dan aku pun bersembahyang dan ketika itulah beliau kembali dan terus naik kerumah. Seperti yang aku jangka beliau terus meluru kepadaku tetapi memperbetulkan songkok ku. Katanya menutup dahi. Tak sah sembahyang dahi tak sentuh sejadah. Sejak dari itu aku terus bersembahyang tanpa takut-takut lagi. Bahkan beliau tak melarangku untuk pergi sembahyang maghrib dan isyak di surau atau masjid. Sejak dari itu aku jarang tinggal sembahyang sehingga kini.

Memasuki Sekolah Menengah.

Aku menamatkan pengajian ku di Sekolah Kebangsaan Permatang Sintok pada tahun 1967. Sebelum menamatkan pengajian, aku ditanya oleh guru iaitu sekolah menengah mana menjadi pilihanku selepas ini. Pada ketika itu hanya ada 2 pilihan sahaja iaitu Sekolah Menengah Kebangsaan aliran Melayu di Penaga atau Sekolah Menengah Kebangsaan aliran Inggeris di Kepala Batas. Aku amat berharap sangat untuk masuk Sekolah Inggeris. Saban hari aku ceritakan pada nenek ku yang aku nak masuk Sekolah Inggeris. Tetapi di Sekolah Inggeris kena bayar yuran bulanan iaitu sebanyak RM7.50/sebulan manakala Sekolah Melayu adalah percuma. Mungkin nenek ku telah memujuk ayahku dimana aku direstui untuk masuk Sekolah Inggeris. Tak banyak kawan2 ku yang masuk Sekolah Inggeris kebanyakkannya masuk Sekolah Menengah di Penaga.

Masalah mula menghantui fikiranku ketika itu ialah bagaimana aku nak pergi sekolah di Kepala Batas. Aku tidak mempunyai basikal. Selama ini aku hanya berjalan kaki ke Sekolah Rendah di Pmtg. Sintok setiap hari yang jaraknya kira2 3 kilometer dari rumah. Seingatku tidak pernah siapa pun yang menghantarku ke sekolah sebelum ini. Tetapi aku pandai naik basikal kerana belajar menaiki basikal kawanku Din ketika bermain dengannya sebelum ini. Walau bagaimana pun aku ada duit sedikit hasil aku menolong berkerja di sawah orang kampongku seperti Hj. Ramli, Hamidi, Pak Bakar, Li Saud dan lain2. Setiap musim padi aku akan mendapat upah terkumpul sehingga RM40/=. Sebuah basikal terpakai boleh dibeli dengan harga RM20/= sahaja. Namun sesuatu yang mengembirakan ialah kira2 seminggu sebelum aku melapurkan diri di Sekolah Menengah, ayahku telah membeli sebuah basikal terpakai untukku.

Pada hari permulaan sekolah, aku pergi awal mengayuh basikal yang jaraknya kira-kira 6 kilometer dari rumah.   Seperti didarjah satu, di Sekolah Menengah pun aku mendaftar sendiri. Setiap pelajar yang dari aliran Melayu di mestikan memasuki "Remove Class" selama setahun. Pada masa itu semua subjects diajar dalam Bahasa Inggeris kecuali Agama Islam dan Bahasa Melayu sahaja diajar dalam Bahasa Melayu. Aku masih meneruskan menjual kuih tetapi dengan meletakkan di Kedai2 Makan di Permatang Sintok iaitu semasa dalam perjalanan ku ke sekolah. Nenek ku hanya berhenti membuat kuih ketika aku hampir untuk mengambil peperiksaan LCE. (SRP). Oleh kerana aku orang miskin yuran bulanan aku di kurangkan menjadi RM5/= sebulan. Kebanyakkan guru2 disini berbangsa Cina dan India. Nama guru kelas ku semasa "Remove Class" ialah Richard Scully yang tak fasih langsung bercakap melayu. Maka bermulalah eraku di Sekolah Menengah. Aku masih meneruskan acara sukan di Sekolah. Tetapi aku hanya mewakili sekolah dalam acara 4 x 100 dan 4 x 400 meter serta Cross Country (Merentas Desa) semasa aku di tingkatan 4 dan 5 sahaja. Oleh itu banyak tempat yang mula aku pergi di bawa guru untuk menyertai acara jemputan sekolah dan olahraga di Stadium P. Pinang. Mungkin ketika itulah aku merasai menaiki kereta.

Di sekolah menengah aku banyak berkawan dengan rakan2 yang jauh. Kawan baik aku ketika itu ialah Shaari Yahya yang tinggal di Pmtg. Janggus. Osman Walad, Mohd Zaki dan Aripin Darus yang tinggal di Penaga. Sabri Ismail di Tasik Gelugur. Shaari Yahya sekarang ini bekerja sebagai Guru Sekolah Menengah Seri Muda, Penaga. Mohd Zaki sebagai Kerani Pos di Penaga. Arifin sebagai Kerani Akaun Bank di Butterworth dan Sabri sebagai Kerani di Penang Port Commission. Hanya Osman Walad yang aku tidak tahu bekerja dimana kerana beliau lebih senior dan memasuki ITM sebelum aku memasukinya. Dengan rakan-rakan inilah aku sering bekayuh basikal kemerata tempat selain dari rakan sekampong. Aku biasa mengetuai rakan-rakan mengayuh basikal mengelilingi P. Pinang beberapa kali. Ber "Campaign" di Teluk Bahang, Pantai Merdeka dan beberapa tempat lagi semasa cuti penggal persekolahan. Ayahku kurang mengambil kisah akan diriku yang semakin remaja. Kebanyakkan masanya tinggal di rumah sewa di Bagan Dalam, Butterworth kerana beliau bekerja di PPC. Aku bebas keluar kemana-mana dengan perbelanjaan sendiri. Apabila dia balik kerumah kami pun dia jarang memarahi aku lagi. Cuma aku masih ingat sekali ketika aku hendak mengambil peperiksaan LCE, ayahku suruh mengemaskan pakaian ku dan suruh aku keluar rumah jika aku gagal dalam peperiksaan tersebut.  Katanya dia malu kalau aku gagal sedangkan anak orang lain berjaya.

Sebenarnya, pada ketika itu aku memang rajin belajar. Aku mempunyai jadual pembelajaran. Aku hanya keluar berbasikal ketika hari cuti. Aku bebas keluar kemana-mana dengan perbelanjaan sendiri. Duit yang aku perolehi adalah dari mengambil upah mengerjakan sawah orang kampong, membanting dan menarik padi pada musim menuai. Aku juga sudah mampu menempah dan membeli pakaian sendiri.

Bersebelahan dengan sekolah yang aku berlajar iaitu KBSS (Kepala Batas Secondary School) ialah Sekolah Menengah Kebangsaan Abdullah Badawi. Abangku Rosli sedang berlajar di Sekolah ini. Beliau selalu datang berjumpa aku menyampaikan pesan yang ibuku suruh pergi rumahnya di Pokok Sena. Maka aku akan pergi ke rumah ibuku di Pokok Sena apabila ada kelapangan atau hari cuti. Biasanya aku akan bermalam semalam dua di rumahnya. Ayah tiriku tak pernah marah sekali pun pada diriku. Ibuku selalu memberikan wang seringgit dua ketika aku berkunjung kerumahnya.

Aku mendapat keputusan Gred A dalam peperiksaan LCE. Pada zaman ini, pelajar yang tidak mendapat Gred A dalam LCE atau SRP tidak dibenarkan masuk ke Tingkatan 4. Yang dapat Gred B atau C akan mengulang semula di Tingkatan 3 manakala yang gagal akan terpaksa berhenti sekolah. Aku mula meningkatkan usaha aku dibidang pelajaran apabila memasuki form four.  Peristiwa yang pelik semasa aku di Tingkatan 4 ialah aku kehilangan 3 basikal. Basikal pertama yang hilang ialah ketika aku menonton "Cheap Matinee" di Panggong Wayang (Union Theater) Kepala Batas. Pada masa tersebut harga tiket untuk Cheap Matinee pada pagi Ahad ialah RM0.20/=. Sebaik sahaja aku keluar dari panggung wayang aku dapati basikal aku telah tiada. Basikal kedua dan ketiga yang hilang adalah ketika aku park diluar sekolah. Pada ketika itu semua basikal buruk yang tidak lengkap seperti tiada lampu, brek yang rosak, tiada loceng tidak dibenarkan masuk kadalam kawasan sekolah. Basikal yang aku miliki hanya rangka dan bertayar sahaja. Brek pula terpaksa guna kaki jadi terpaksa parking kat luar. Dua kali basikal ku hilang di luar sekolah. Namun, ayahku memberitahu jiranku yang aku menjual basikal2 tersebut.

Hakikatnya, sepanjang hayat hidupku sehingga kini aku sentiasa mengamalkan sikap pekerti yang baik. Segala sifat2 yang buruk yang aku lihat, aku jadikan tauladan dan membatasi diri dari melakukannya hingga dewasa. Pertama mencuri. Aku tidak pernah mencuri walaupun sebiji jambu atau rambutan orang. Kedua merokok. Aku tak pernah merokok walaupun sebatang rokok seumur hidupku sehingga kini walaupun tiada siapa pernah melarang aku dari merokok sejak kecil. Bahkan aku sentiasa disuruh kekedai untuk membeli rokok hampir setiap hari. Ketiga Judi. Aku tidak pernah berjudi dari kecil sehingga kini walaupun dimasa kecil aku biasa di suruh untuk membeli nombor ekor di Kedai Ba di Pekan Penaga. Minum Arak. Seumur hidupku tak pernah aku teguk walaupun setitik arak atau minuman yang memabukkan. Melawan Ibubapa. Dengan ibuku tak pernah aku berkata aahh.. atau bersungut dengannya. Dengan ayahku, walaupun asyik kena pukul, aku hanya menjawab beberapa patah perkataan memberi penjelasan apabila ditanya. Tetapi ada 2 kali sikap memberontak diriku terhadap ayahku berlaku ketika aku mendapat keputusan MCE dan apabila sudah berkahwin. Dua kejadian ini akan aku ceritakan apabila sampai ketahap yang berkenaan. Berbalik kepada kehilangan basikal tadi, aku berasa amat pilu dan sayu apabila aku dituduh menjual basikal2 yang hilang tersebut sedangkan saban hari aku dengan kawan meronda sambil mencari sejauh Tikam Batu, Paya Keladi, Malakof Estate, Bagan Ajam hanya bertujuan mencari basikalku yang hilang. Lama juga basikalku hilang tidak berganti. Aku kesekolah menumpang basikal kawanku Shaari Jusuh. Akhirnya dengan sadikit wang yang ada aku membeli sabuah basikal terpakai yang berharga belasan ringgit pada ketika itu.

Aku Tinggal di Rumah Sewa Bersama Kawan2

Pada peringkat awal di Tingkatan 5, aku mula memikirkan untuk mendapat keputusan yang baik dalam peperiksaan MCE. Sebenarnya aku tidak tahu peluang kerjaya atau bagaimana untuk melanjutkan pelajaran selepas tamat sekolah menengah. Matlamatku pada ketika itu hanyalah untuk mendapatkan keputusan cemerlang. Aku menumpukan sepenuh perhatian pada pelajaranku. Secara kebetulan pula ayahku akan berkahwin dengan emak tiriku pada ketika itu. Satelah berbincang dengan nenekku aku pun memberanikan diri memberitahu ayahku bahawa aku ingin tinggal dirumah sewa bersama2 kawan2ku untuk menumpukan kepada peperiksaan MCE yang akan kami hadapi. Ayahku tidak membantah dan aku pun keluar dari rumah kira2 seminggu sebelum majlis kenduri perkahwinan ayahku. Aku tinggal dirumah sewa bersama 3 orang kawan2ku iaitu Sabri Ismail, Mohd Zaki dan Arifin Darus pada kadar sewaan RM10/= sebulan. Selang dua, tiga bulan Mohd Zaki dan Arifin balik tinggal dirumah mereka kerana tak tahan dengan bentuk makanan yang kami makan seharian. Tinggallah aku dengan Sabri tinggal dirumah sewa itu. Menu makanan kami adalah amat simple. Sayur air, sambal belacan, ikan goreng atau telur goreng setiap hari. Setiap hari Jumaat hingga Ahad, Sabri akan balik karumahnya dan tinggallah aku sendirian dirumah sewa. Sesekali pada hari minggu aku balik juga kerumah untuk melihat nenekku yang amat aku sayangi itu. Ketika tinggal dirumah sewa, emak dan ayah tiriku kerap juga berkunjung kerumah sewaku membawa makanan seperti gulai ikan dan sebagainya. Kadang2 adik tiri perempuanku yang bernama Hasnah ada juga datang berkunjung membawa bekalan makanan yang dibekalkan oleh emakku.

Ketenteraman aku dan Sabri di rumah sewa ini terganggu oleh orang gila yang tinggal bersebelahan rumah. Dia akan menjerit, ketawa dan memarahi kami apabila mendengar suara kami. Akhirnya kira2 dibulan terakhir sebelum peperiksaan kami berpindah rumah sewa kebelakang Masjid Datuk Abdullah Badawi di Pekan Kepala Batas dengan kadar sewaan RM15/= sebulan. Dirumah ini selain dari aku dan Sabri, ada lagi 2 orang kawan yang tinggal bersama kami iaitu Rosli dan Mohd Zaki datang kembali bersama kami.

Mula bekerja Kilang

Setelah tamat peperiksaan MCE aku dan beberapa orang kawan keluar mencari kerja dikilang2 perindustrian Mak Mandin dan Prai. Nasib kami agak baik dimana kami diterima bekerja di sebuah kilang plastik TMF (Trans Malayan Fibre) di Prai dengan gaji harian sebanyak RM2.20 sehari. Kawanku Rosli anak Mat Radzi dan Mohd Kamal anak Md Nor kedai makan di Pekan Penaga hanya sanggup bekerja selama 2 hari sahaja. Mereka kata jauh hendak berbasikal sejauh hampir 15 kilometer sehala setiap hari dengan gaji yang amat kecil serta kerja yang teruk. Tinggal aku seorang diri berbasikal setiap hari berulang alik ketempat kerja. Ada ketikanya 17 jari basikalku yang sudah buruk itu tercabut ketika aku pulang dari kerja. Nasib baik aku mempunyai wang simpanan dan kesemua jari basikal itu aku ganti dengan yang baru.

Aktiviti seharianku bekerja tidak disenangi oleh ayahku. Kira2 setelah sebulan aku bekerja, aku mula mendengar rungutan dari jiran2ku bahawa ayahku tidak suka aku bekerja. Hubungan dengan ayahku kembali bermasalah dan kami jarang bertegur sapa. Sememangnya aku tidak mampu untuk memberi wang perbelanjaan dirumah kerana gajiku yang terlalu kecil. Setiap bulan setelah mendapat gaji aku hanya mampu membeli setin Milo, susu dan setin biskut untuk nenekku dan wang selebihnya aku membeli pakaian dan simpan kerana aku yakin yang aku akan mendapat keputusan peperiksaan yang baik nanti. Nenekku manusia keramat yang tidak pernah bersungut atau memberitahu apa yang dikatakan oleh ayahku. Mengikut kata jiranku, ayahku berkata aku aku kuat makan kerana mungkin pergi kerja jauh. Dia sendiri tidak sanggup untuk berkayuh basikal sejauh 30 kilometer pergi balik walaupun orang mengupah pada kadar RM4/= sehari. Jari basikalku pula katanya putus hampir 12 batang.

Perbalahan dengan ayahku

Keputusan peperiksaan MCE keluar. Aku mendapat Gred 2 dengan aggregate 27. Untuk mendapat Gred 1 mesti mendapat aggregate maksima 24.  Tetapi pada ketika itu hanya 4 atau 5 orang sahaja yang mendapat Gred 1 bagi sebuah sekolah menengah. Gred 2 kurang dari 20 orang. Yang banyaknya ialah Gred 3 atau yang gagal iaitu Gred 4. Gred 1 dan 2 secara automatik dapat melanjutkan ketingkatan 6. Aku berjaya memasuki Bukit Mertajam High School iaitu sebuah sekolah yang ada menyediakan tingkatan 6 dan sesei persekolah akan bermula pada bulan April. Disamping itu calon yang mendapat Gred 1 dan 2 juga akan ditawarkan pengajian di Pusat Pengajian Tinggi seperti Universiti Pertanian dan Institiut Teknologi Mara tanpa permohonan bertulis. Apabila ditawarkan sahaja barulah kami disuruh mengisi borang dan akan menghadiri proses temuduga. Aku memberitahu ayahku berhubung dengan keputusan peperiksaan ini. Disamping itu aku masih lagi bekerja di Kilang TMF di Prai. Aku hanya akan berhenti apabila aku menyambung pelajaran di Tingkatan 6 atau mendapat tawaran ke Pusat Pengajian Tinggi.

Suatu ketika sedang aku masih lagi bekerja dan masih menunggu tawaran lanjutan pelajaran berlaku satu perbalahan dengan ayahku. Diketika inilah apa yang diceritakan oleh jiran dikatakan sendiri oleh ayahku. Berkenaan tempat kerja jauh dan gaji yang murah aku menjawab kepada ayahku bahawa beliau patut berbangga dan bersyukur mempunyai seorang anak yang kuat semangat dan sanggup bekerja walaupun jauh dan mendapat gaji yang kecil. Berkenaan dengan makan banyak pula aku berkata pada ayahku bahawa aku tidak akan makan lagi dirumah bermula dari saat itu. Aku sebenarnya memberitahu ayahku bahawa aku hendak keluar dari rumah tetapi aku masih menunggu surat tawaran penyambungan pelajaran yang mana beralamatkan rumah yang aku tinggal. Ayahku mengatakan terpulang kepada aku dan beliau tak akan melarang kalau aku nak keluar rumah.

Maka aku terus bekerja dan memang benar aku tak makan dirumah bermula dari saat itu. Banyak masaku dihabiskan dengan tidur di surau batu 17 ketika waktu lapang atau hari tak bekerja. Aku tidak lagi bertegur sapa dengan ayahku selepas perbalahan itu. Akhirnya dalam bulan Mei aku mendapat tawaran menyambung pelajaranku di ITM melalui kursus Civil Engineering. Aku berbincang dengan nenekku yang aku akan pergi mendaftar dan aku tidak akan memberitahu perkara tersebut kepada ayahku. Tetapi nenekku minta sangat supaya aku bercakap dengan ayahku dan memberitahu berkenaan hasratku itu. Akhirnya, kira2 seminggu sebelum aku berangkat ke ITM aku berhenti kerja di TMF dan aku memberanikan diri memberitahu ayahku bahawa aku akan masuk ITM.  Aku juga pergi ke Pokok Sena dan memberitahu ibuku berkenaan dengan berita itu. Ibuku ada memberi kira2 RM30/= kepada ku. Ayahku ada juga memberi wang tapi aku tak ingat berapa banyak tetapi beliau ada membeli tiket keretapi "kusandar" ke Kuala Lumpur untukku.

Aku berangkat ke stesen keretapi Butterworth ditemani kawanku Zan anak Mak Timah dan Hassan. Aku menaiki keretapi diwaktu malam dan itulah pertama kali aku menaikinya dan berangkat ke Kuala Lumpur. Ada bas ITM yang disediakan menanti pelajar2 ITM di stesen Kuala Lumpur. Pendaftaran di ITM amat mudah dan murah ketika itu. Pembelajaran adalah percuma tanpa bayaran bahkan aku mendapat elaun pelajar sebanyak RM20/= sebulan. Aku menghantar surat kepada ayahku dan ibuku selepas aku mula belajar di ITM. Aku masih ingat dalam surat kepada ayahku iaitu aku tidak mahu beliau menghantar sebaranag wang kiriman kepadaku.  Namun ayahku ada beberapa kali menghantar wang melalui TMO dan ada sekali melalui surat berdaftar yang terus hilang kerana aku tidak menerimanya.

Masalah aku di ITM ialah satu sahaja iaitu makan. Walaupun makannya percuma tetapi menu nya hampir setiap hari iaitu daging dan ayam serta sesekali ikan merah atau tenggiri. Aku tak lalu nak makan makanan itu maka aku berjumpa dengan warden asrama dan berbincang mengenai masalah ini. Akhirnya, kad makan aku di cop makan telur iaitu aku akan mendapat telur mata kerbau dua biji selain dari kuah2 makanan yang lain. Inilah makanan harian ku selama 3 tahun di ITM.

Nenekku Meninggal Dunia.

Ditahun pertama aku di ITM aku menerima berita yang menyedihkan iaitu nenekku orang yang paling aku sayangi dan beliau juga menyanyangi diriku, meninggal dunia. Orang kampung ku iaitu Yahya Bakar datang kebilikku di ITM dan memberitahu berita sedih itu. Beliau juga ada memberi aku sedikit wang untuk tambang balik ke kampong. Aku pun balik ke rumah dan sempat melihat jenazah beliau sebelum dikebumikan. Namun sedikit terkilan dihati kecilku iaitu aku tidak dimaklumkan berkenaan keadaan dirinya sebelum berita kematian aku terima. Namun Allah SWT lebih menyayanginya. Beliau padaku merupakan keramat hidup. Seorang yang amat kuat pada pegangan agama. Sentiasa bersembahyang dan amat rajin membaca AlQuraan. Berhemah dan lemah lembut dalam pertuturan. Amat bertimbang rasa dan beliau terlalu simpati dengan peristiwa yang menimpa diriku.

Setelah nenekku meninggal dunia, aku berasa amat berat sekali untuk balik kerumah apabila cuti semester. Sesuatu yang amat tidak mengembirakan aku ialah ketika cuti semester. Aku bagitu tawar hati untuk balik karumah. Walaupun hubunganku dengan ayah agak baik selepas daripada aku memasuki ITM namun kemesraan tiada. Kebanyakkan masa apabila balik bercuti ialah aku habiskan dirumah ibuku di Pokok Sena. Disini aku menolong mengajar adik2 tiriku dalam mengulang kaji pelajaran mereka. Seingat aku, sepanjang tempoh aku berada di ITM, aku hanya balik sekali sahaja berhari raya dikampung. Hari raya selebihnya aku menumpang beraya dengan pelajar2 Sabah dan Sarawak yang tidak pulang kekampong.

Cara aku pulang ke kampong apabila bercuti juga berbeza dengan pelajar lain. Setiap kali bercuti aku akan balik melalui "Hishike" iaitu menggunakan ibujari menumpang kereta dari Shah Alam ke Butterworth, Pulau Pinang. Ada kalanya aku akan tiba dalam masa 2 hari dan adakalanya sehari sahaja. Bagitu juga perjalanan balik ke ITM, aku akan "Hishike" bermula dari Pungsu Seribu melalui Bukit Mertajam, Ipoh dan seterusnya ke KL. Adakalanya aku terpaksa berjalan berbatu sebelum ada kereta berhenti menumpangkan aku. Selain daripada wang saku RM20/= sebulan yang diberi oleh ITM aku juga mendapat wang tambahan melalui jualan botol minuman. Di setiap dewan makan ada di sediakan ruang menonton TV. Pelajar yang berada akan membeli minuman di Kedai Kooperasi dan meminum serta meninggalkan botol tersebut di dewan menonton. Sebaik siaran TV tamat aku akan mengutip semua botol2 kosong dan akan aku simpan dalam kotak dibawah katilku. Cukup 20 botol aku bawa ke Kedai Kooperasi dan aku dibayar 5 sen bagi setiap botol. Inilah pendapatan sampingan ku setiap hari.

Berbeza dengan semangatku ketika di Sekolah Menengah, aku kurang belajar semasa di ITM. Aku banyak terlibat dengan aktiviti pelajar yang amat agresif pada zaman tersebut. Aku banyak mengikuti tunjuk perasaan pelajar. Dan aku biasa berucap di Sudut Pidato di tangga Intekma pada ketika itu. Akhirnya aku tidak mendapat keputusan yang baik dalam peperiksaan semester. CGPA aku pada semester kedua tahun 2 ialah 1.64. Aku diberi surat oleh pihak pentadbiran ITM dan diletakkan sebagai "Under Probation".  Aku benar-benar malas belajar pada masa itu mungkin kerana aku tidak mempunyai matlamat yang ingin dicapai. Aku lebih banyak belajar membaca AlQuraan daripada seorang kawan rapat sekuliahku iaitu Syed Zain. Daripada beliaulah aku belajar ada tajwid dalam pembacaan AlQuraan.

Akhirnya, aku membuat keputusan sendiri meninggalkan ITM. Kepada pihak pentadbiran aku memberi surat bahawa aku tidak berminat lagi untuk belajar dan telah kembali ke kampong. Sedangkan pada ketika itu aku masing tinggal di asrama. Aku mendapat kerja sebagai Chargehand di Kilang Matshushita Electronic Component, Sg. Way dengan gaji permulaan sekitar RM380/= sebulan. Termasuk kerja lebihmasa dan elaun shift, aku mendapat sekitar RM550/= sebulan. Pada ketika itu juga lulusan diploma ITM yang memulakan pekerjaan akan mendapat gaji pokok sebanyak RM560/= sebulan. Jadi fikiran singkatku pada masa itu ialah tak perlu sambung belajar dan bekerja pun memadai. Setiap hari aku berulang dari ITM ke tempat kerja menaiki bas KL - Klang nombor 51. Lama juga aku tinggal di ITM sehingga cuti semester bermula. Selepas itu, aku menyewa sebuah bilik di rumah kawan sekuliahku di Sg. Way. Sewa bilik dengan makanan harian hanyalah RM120/= sebulan. Aku tinggal disini hampir 4 bulan sebelum aku berpindah dan tinggal dengan rakan sekerja di sekitar Sg. Way.

Mula bertemu isteriku.

Aku bertugas sebagai ketua operator (semua perempuan) dalam satu shif bagi Lead Wire Section.  Isteri ku iaitu Poziah Hassan bekerja sebagai operator di Assembly Section bersebelahan tempat aku bekerja. Aku ketika itu amat malu untuk berkenalan dengan perempuan. Aku akan pulang cepat sebaik saja habis kerja dan akan pergi cepat ketempat kerja. Dirumah sewa, aku akan menonton TV, membaca dan sekali sekala akan keluar ke KL bersama-sama teman serumah iaitu Affandi, Hafizo, Mokhtar, Yahya dan Tan.  Aku dan kawan2 ku serumah ini tidak pernah berpoya2 kami juga tidak pernah pergi ke parti yang dianjurkan oleh pihak kilang. Tan, seorang Cina Klang berjiwa Melayu merupakan kawan baik aku. Aku membeli motor BSA 350cc daripada Tan dengan harga RM250/= sahaja. Motor besar ini telah diubahsuai dan menjadikan tunggangan kami ketempat kerja dan sekitar Sg. Way. Inilah pertama kali aku belajar menaiki motor dan membeli motor sendiri.

QC di section aku bekerja bernama Jamnah Talijam. Umurnya kira2 3 tahun lebih tua dari ku. Beliau tinggal serumah sewa dengan isteriku. Setiap hari ditempat kerja beliau akan mengusik2 aku dan membuat "pairing" iaitu  memasang-masangkan dengan rakan serumahnya iaitu isteriku sekarang. Mungkin sudah jodoh kami berdua, kami pun saling menyukai diantara satu sama lain. Yang menjadi penghubung diantara kami ialah Jamnah inilah. Hari pertama aku keluar dengan seorang perempuan ialah dengan isteri aku ni lah iaitu kami pergi menonton wayang di KL. Pada ketika itu naik bas mini sahaja kerana isteriku takut untuk naik motor besarku.  Hubungan kami semakin mesra selepas itu.

Bertukar Tempat Kerja dan Berkahwin

Aku berjaya mendapat kerja di Syarikat British Petroleum (BP) Port Klang selepas bekerja hampir setahun di Kilang Matshushita Sg. Way.  Disini aku mendapat gaji yang lebih tinggi dan suasana pekerjaan yang lebih baik. Hubungan dengan isteriku masih diteruskan kerana aku masih tinggal di Sg Way dan hanya berulang alik ke tempat kerja di Port Klang. Setelah hampir 4 bulan berkawan dengan isteriku, aku pun memberitahu ayahku yang aku berhasrat berumah tangga. Aku mempunyai wang simpanan yang cukup untuk berkahwin. Seperti yang aku ceritakan sebelum ini iaitu aku bukan kaki enjoy. Lebih daripada separuh wang gajiku akan ku simpan setiap bulan.  Akhirnya satu rombongan dari kampongku bersama dengan aku dan kawan2 terus pergi kerumah keluarga isteriku di Felda Bukit Rokan untuk upacara bertunang  dan melangsungkan pernikahan pada hari tersebut. Aku bernikah pada 16hb February 1978 ketika umurku 23 tahun dan isteriku 19 tahun. Semua perbelanjaan hantaran, nikah kahwin adalah hasil wang simpanan aku sendiri tanpa bantuan dari mana2 pihak. Sebelum pernikahan, isteriku berhenti kerja. Selepas pernikahan isteriku tinggal bersama2 ku di sebuah rumah sewa di Jalan Yadi, Kelang.

Selepas 3 bulan bernikah, kedua keluarga mengadakan majlis kenduri kahwin. Rasmi lah pernikahan kami dan bermulalah kehidupan baru dalam alam rumahtangga. Isteriku tidak bekerja dan menjadi surirumah sepenuh masa. Hidup kami bahagia dan sentiasa pulang bercuti di Felda Bukit Rokan. Setahun selepas berkahwin kami dikurniakan 2 orang cahaya mata pertama iaitu anak kembar perempuan. Norazie dan Norazia nama mereka. Rezekiku agak baik dan dapat membeli kereta yang pertama iaitu sebuah kereta Mini Austin secondhand bernombor plet WK 8487. Melalui kereta inilah kami 4 beranak akan berjalan2 dan pulang ke kampong di Bukit Rokan. Keluarga mentua menerima aku dengan baik sekali.  Setiap kali Hari Raya aku sekeluarga akan beraya di Bukit Rokan.

Pindah Rumah Sewa dan cuba menamatkan hubungan dengan keluargaku di Penang.

Kira2 umur anak kembarku setahun kami bercadang berhari raya dirumah ayahku di Pulau Pinang. Terlalu lama aku tak pernah beraya di Pulau Pinang. Dua hari sebelum raya kami sampai dirumah ayahku di P. Pinang. Namun satu kejadian yang tidak dijangka berlaku pada petang sehari sebelum raya. Sindiran demi sindiran berbisa ditelinga telah ku dengar dan aku tak mahu untuk bertikam lidah. Aku mempunyai keluarga sendiri yang aku bangunkan dengan titik peluh dan hasil usahaku sendiri. Aku tak mahu suasana hari raya keesokkannya menjadi suram maka pada petang itu juga kami sekeluarga anak beranak keluar dari rumah  ayahku dan terus bertolak ke Bukit Rokan di Negeri Sembilan. Memandangkan jalan yang sesak (ketika itu belum ada highway lagi) kami sampai di Bukit Rokan waktu subuh menaiki kereta Mini kami itulah. Keluarga di Bukit Rokan terkejut kerana mereka tahu kami sepatutnya berhari raya di Penang pada tahun tersebut.

Aku juga tak sanggup untuk berhari raya dirumah emakku pada ketika itu kerana ianya tidak dirancang, tambahan pula mereka juga bekeluarga besar walaupun aku masih ingat isteriku berkeras mahu beraya di Penang. Beliau tak sanggup untuk melalui satu perjalanan yang jauh ke Negeri Sembilan apabila baru saja sehari tiba di Penang. Rupanya keluarga mentuaku lebih mesra dengan aku daripada keluarga sendiri. Bapa dan ibu mertuaku tak pernah meninggi suara kepada ku apalagi untuk menyindir dan sebagainya. Sebaik menghabiskan cuti raya, aku mula mencari rumah sewa lain dengan tujuan supaya keluargaku di Penang tidak dapat mencari atau menjejaki aku sekeluarga. Kami berpindah ke rumah sewa baru di Rantau Panjang, Kelang yang jaraknya lebih 20 kilometer dari rumah sewa sebelum ini. Tinggallah kami anak beranak di rumah sewa yang baru ini tanpa ada hubungan dan kabar berita dengan keluarga ku di Penang.

Hubungan terputus terus sehinggakan berita kematian Tok Wan ku tidak ku terima secara terus. Sesaorang telah menghubungi tempat kerjaku dan meninggalkan pesan berita kematian Tok Wan ku itu. Ketentuan Allah, aku bercuti pada hari tersebut dan hanya menerima berita 3 hari setelah kematian. Pada zaman itu hanya public phone saja yang popular. Handphone belum ada lagi. Berterusanlah kami sekeluarga tinggal tanpa hubungan dan pengetahuan keluarga di Penang.

Berhenti kerja di BP

Aku sentiasa bekerja dengan prinsip bekerja bersungguh2. Suatu hari aku berjaya menangkap penyelewengan yang dilakukan oleh pekerjaku di jeti pelabuhan BP. Sebuah boat Police Marine PX10 telah berpakat dengan pekerjaku menjual sejumlah minyak disel yang dibeli melalui indent kerajaan kepada boat pengusaha Pulau Ketam. Aku terus menutup injab dan meter minyak sebaik saja aku tiba di jeti tersebut. Aku terus menghubungi manager BP ketika itu iaitu Ong Say Kiat dan beliau datang ke jeti bersama seorang inspektor polis dari Port Klang. Tindakan selanjutnya diambil oleh pihak pengurusan BP dan Polis Port Klang. Namun cerita susulan tak berakhir disitu sahaja. Samseng2 upahan telah datang mencari dan menungguku diluar tempat kerja. Aku dihubungi pihak pengurusan supaya tidak datang bekerja dan seorang Inspektor Polis telah mengarahkan aku melalui jalan2 tertentu sekiranya aku hendak pergi berkerja.

Akhirnya aku menerima surat penghargaan dari pengurusan atasan BP diatas tindakan aku tersebut dan aku dinaikkan pangkat sebagai Blending Technician di BP Formic Acid Plant North Port kira2 10 kilometer dari tempat kerja lama. Tiada lagi orang mengganggu aku disini kerana aku bekerja dalam kawasan Pelabuhan Port Klang. Namun jodohku di BP tidak lama. Ianya bermula secara tidak sengaja apabila aku bertemu dengan seorang Sami Hindu. Sami ini menyapaku dan memberitahuku bahawa aku telah melalui liku2 kehidupan yang sukar semenjak kecil. Beliau mengatakan dari tanda yang ada didahiku (walaupun aku tak nampak ada sebarang tanda hingga kini) beliau menceritakan sejarah aku dari kecil. Peliknya, apa yang diceritakannya tepat sekali. Katanya, emak bapaku berpisah. Aku diserahkan kepada pihak ketiga dan beberapa cerita lain mengenai kesusahan diriku seperti yang aku ceritakan sebelum ini. Namun kata Sami itu lagi bahawa nasibku akan berubah menjadi terbaik dengan kesenangan dan kemewahan tetapi bukan berpunca dari pekerjaan di BP. Katanya, aku mesti cari kerja lain dan kemewahan akan mula nampak pada usiaku menjangkau 40 tahun.

Walaupun aku kagum dengan apa yang diceritakan berkenaan sejarah yang lepas tetapi aku masih tak percaya akan apa yang dicakapkan akan berlaku pada masa hadapan. Sami ini tidak mahu mengambil sedikit wang yang aku berikan sebagai saguhati kerana aku terfikir yang dia perlukan wang apalagi setelah sudi pula bercakap dengan ku. Namun aku masih bekerja di BP dan hampir terlupa dengan cerita ramalan Sami tadi.  Kehidupan ku semakin senang ketika aku bekerja di BP. Aku mula menukarkan kereta Mini kepada kereta Toyota DX secondhand yang agak baru sikit bernombor plet NR 2959. Kuasa Allah menentukan segalanya. Suatu hari jiran sebelah rumahku memberitahu bahwa Boss tempat beliau bekerja iatu Sykt Lever Brothers pembuat Sabun, Colgate, Magerin dan sebagainya telah naik pangkat dan ada kekosongan.  Melaluinya aku mengisi borang dan menghantarnya.  Aku berjaya dalam temuduga dan mendapat jawatan sebagai "Production Controller" dengan gaji yang lebih tinggi.

Pada ketika itu juga isteriku mengandung anak ku yang ketiga iaitu Nor Azerin. Aku pun bekerja di Lever Brothers dengan jawatan yang lebih mencabar.  Namun kuasa Allah menentukan segala-galanya. Pada 1hb Mei iaitu Hari Buruh isteriku selamat melahirkan Nor Azerin di Hospital Besar Kelang. Dua hari kemudian, iaitu pada 3hb. Mei ketika aku mula masuk kerja selepas cuti umum, aku dipanggil ke pejabat pengurusku. Beliau menyerahkan surat menamatkan perkhidmatanku. Memandangkan aku masih dalam tempoh percubaan iaitu baru 5 bulan bekerja, maka pihak majikan berhak untuk menamatkan perkhidmatan ku dengan hanya memberi sehari notis. Alasan yang diberikan ialah export barangan ke Timur Tengah tidak dapat dilakukan kerana tercetus perang Teluk diantara Israel dan Negara Arab. Pihak syarikat terpaksa mengurangkan pengeluaran dan hanya menjual stok2 lama yang ada.

Tak dapat aku bayangkan betapa kecewanya aku ketika itu. Aku juga tak tahu bagaimana aku nak menjelaskan berita ini kepada keluargaku. Namun ku gagahi juga. Sekembali kerumah, aku terus menjelaskan kepada isteriku. Anak2ku mungkin masih belum mengerti situasi yang aku hadapi. Aku tak tunggu lama selepas itu. Keesokkan harinya aku pergi kekawasan perindustrian Shah Alam. Aku bertanya kepada semua kilang yang mempamirkan jawatan kosong. Namun kebanyakkan kilang yang mengiklankan jawatan kosong mengambil sadikit masa untuk menyemak permohonan, proses temuduga dan sebagainya. Aku pula memerlukan jawatan yang segera. Wang simpanan ku amat kurang kerana komitmen bulanan ku untuk membayar sewa rumah, ansuran kereta, susu anak2, makanan harian dan sebagainya. Akhirnya aku bernasib baik kerana diterima bekerja sebagai pekerja am di Malayan Tobacco Company Shah Alam dengan gaji RM12/=sehari. Aku kena menunggu gerabak keretapi dari Kelantan yang membawa daun2 tembakau kering untuk diturunkun. Kerjaku memunggahkan guni2 daun tembakau kering dari gerabak dan menyusun dalam kawasan stor kilang.

Sehabis tamat waktu bekerja, semua pekerja am seperti aku mesti mandi bagi menghilangkan bau tembakau yang melekat di badan. Bilik2 mandi dan sabun disediakan oleh pihak kilang. Gaji akan dibayar pada penghujung bulan. Teruk tak teruk, kotor atau pun tidak aku mesti bekerja kerana keluargaku hanya bergantung kepadaku seorang sahaja pada ketika itu. Setelah hampir sebulan bekerja, aku mendapat surat panggilan dari OYL Industries Batu Tiga, Shah Alam yang aku berjaya dalam temuduga jawatan Storekeeper.  Gaji yang ditawarkan hanya RM540/= sebulan ketika itu. Aku terima jawatan ini dan berhenti kerja di MTC.  Memandangkan gaji yang rendah, aku pergi kerja menaiki basikal dari rumahku di Rantau Panjang. Jarak Rantau Panjang, Kelang dengan Batu Tiga ialah dalam 18 kilometer sehala. Aku berkayuh sebaik saja selepas subuh dan sampai di Batu Tiga sekitar jam 7.30 pagi. Aku amat malu untuk meletakkan basikalku di kilang kerana pekerja ku sendiri datang dengan motorsikal atau menaiki bas. Jadi aku sandarkan basikalku ditepi pokok berhadapan kilang Tayar Dunlop yang letaknya kira-kira 1 km dari kilang OYL. Dari kilang Dunlop ini aku berjalan kaki hingga ke OYL pergi dan kembali dari kerja.


Keluargaku berjaya menjejaki rumah sewaku di Rantau Panjang, Kelang

Suatu hari aku terkejut besar apabila pulang dari Bandar apabila melihat sebuah Van berada dihadapan rumahku.  Rupa2nya ibuku dan abangku sekeluarga dari Penang datang kerumah. Aku terkejut besar kerana setelah hampir 2 tahun aku tidak menghubungi mereka dan tidak pernah memberitahu alamat rumah sewaku mereka dapat juga menjejaki aku sekeluarga. Ibuku menceritakan yang pada mulanya mereka pergi kerumah sewaku yang lama di Jalan Yadi, Kelang. Mereka pergi bertanya di Klinik Bidan tempat isteriku mendapat rawatan bersalin sebelum itu. Dari situ mereka mendapat tahu klinik bidan seterusnya bagi isteriku mendapat rawatan susulan selepas berpindah. Daripada klinik bidan di Rantau Panjang inilah mereka diberitahu akan alamat rumah sewa ku yang baru. Aku kagum dengan usaha ibuku dalam menjejak aku sekeluarga. Terdetik dalam hatiku yang mungkin masih ada tali silratulrahim yang cuba disambungkan. Sebelum kembali ke Penang, ibuku berpesan sangat supaya aku menghubungi atau balik melihat ayahku. Pada ketika mereka datang kerumah  itu aku sekeluarga memang dalam keadaan terlalu daif yang amat sangat. Bak kata orang kais pagi makan pagi. Namun aku tidak menceritakan masalah yang aku hadapi kepada mereka. Akhirnya aku balik juga kekampong melawati Ibuku dan Ayahku selepas itu iaitu sebaik sahaja aku mendapat jawatan tetap di Petronas.

Mula bekerja di Petronas

Hanya 3 bulan sahaja aku sempat bekerja di OYL Industries. Aku di panggil temuduga di Petronas untuk jawatan Foreman dengan gaji tawaran ialah RM860/= sebulan. Terlalu ramai yang datang temuduga tetapi memang sudah rezekiku, aku berjaya. Aku nampak, panel temuduga amat kagum dengan surat penghargaan yang aku terima dari BP Malaysia diatas tindakkan ku melapurkan penyelewengan. Tanggal 16hb. February 1983, aku melapurkan diri bertugas di Petronas. Peliknya, aku ditugas dan ditempatkan di BP Malaysia Port Klang itulah tetapi kali ini sebagai kakitangan Petronas. Kakitangan bawahan aku ialah orang2 BP yang biasa bekerja dengan aku dahulu. Tetapi kini aku menjadi ketua mereka dan mereka melapurkan tugas kepada aku. Gaji ku dibayar oleh Petronas. Bagitulah Petronas di peringkat awal melatih dan memberi pendedahan kepada kakitangan untuk mengambil alih operasi depot minyak dari sykt asing disuatu masa nanti.

Berpindah Ke Pulau Langkawi

Setelah 2 tahun di Port Klang, aku dinaikan pangkat menjadi Operation Assistant yang baru diujudkan untuk menyelia operasi depot Petronas Teluk Ewa, Pulau Langkawi. Sebelum berangkat kesana, isteriku melahirkan anak lelaki iaitu Mohammad Radzi. Namun kedudukan jawatan itu tidak diluluskan oleh pihak HR. Maka tinggallah aku di Langkawi dengan jawatan Foreman tetapi diberi kenaikan gaji yang berganda. Empat tahun aku sekeluarga tinggal di Langkawi iaitu dari sebelum diistiharkan bebas cukai sehingga selepas diistiharkan pulau bebas cukai. Aku sempat membeli kereta Honda Accord (Imported) di Langkawi dengan plet nombornya KV 134. Aku semakin jemu berada di Pulau itu dan acapkali memohon supaya aku ditukarkan ke Semenanjung.  Akhirnya aku di tukarkan ke Kuantan, Pahang.  Setelah 2 tahun di Kuantan aku dinaikkan 2 pangkat sekaligus iaitu dari jawatan Foreman Gred 10 ke jawatan Supervisor Gred 13. Operasi pengeluaran di depot kerteh berada dibawah seliaanku. Menyedari bahawa Supervisor adalah merupakan jawatan tertinggi bagi kakitangan bukan eksekutif  di Petronas, aku berusaha untuk memperbaiki kelulusan akademik ku.

Memasuki Pengajian Luar Kampus ITM, Dungun dan USM Penang.

Aku berjaya menyambung semula pengajianku dan kali ini aku mengikuti kursus Diploma In Public Administration. Setiap malam aku tekun belajar dirumah dan aku berjaya beberapa kali mendapat anugerah dekan kerana mendapat pointer yang tinggi bagi setiap peperiksaan semester.  Matlamat ku pada kali ini amat jelas. Akhirnya  aku berjaya mendapat Diploma in Public Administration dari ITM. Isteri dan anak2ku hadir pada Majlis Konvokesyen di Shah Alam. Setelah berjaya mendapat Diploma, namaku dicadangkan untuk mengikuti proses assessment bagi dinaikan ke jawatan eksekutif. Daripada 18 orang yang hadir pada ujian 2 hari penuh proses pemilihan hanya 3 orang sahaja yang berjaya. Salah seorang yang berjaya itu ialah aku. Aku diberi pilihan pula samaada mahu menjawat jawatan sebagai Penguasa Depot Bentong atau sebagai Eksekutif Jualan di Kuantan. Aku memilih jawatan Eksekutif Jualan di Kuantan.

Gajiku dinaikkan beribu-ribu mengikut skim eksekutif.  Aku mula membeli kereta baru tidak lagi kereta seconhand. Kereta baru itu ialah Ford Telstar plet CAD 239.  Aku mula membeli tanah dan rumah. Duit simpanan ku juga semakin bertambah. Aku terus menyambung pelajaran ku kali ini untuk mendapatkan Degree pula. Aku diterima masuk sebagai pelajar luar kampus di USM Penang.  Pada ketika itu semua pelajar luar kampus dikehendaki menghadiri kuliah sepenuh masa selama 5 minggu pada penghujung tahun di USM. Majikan aku memberi kebenaran cuti tanpa rekod bergaji untuk aku meneruskan pengajian. Akhirnya usaha aku membuahkan hasil. Aku berjaya memperolehi Degree In Management dari USM. Pihak Petronas pula memberi saguhati sebanyak RM5000/= sebagai saguhati pelajaran diatas usahaku. Aku yang bermula dengan Gred 19 mula dinaikan setingkat demi setingkat sehingga Gred 23. Sehingga ketahap ini pihak Pengurusan Petronas telah merombak sistem Gred bagi Eksekutif. Maka aku berada ditangga Gred E2 yang mana kebanyakan orang akan memanggil sebagai Senior Eksekutif. Namun aku masih di tukarkan berulang alik ke Kuala Lumpur dan Kuantan. Aku menukar kereta baru lagi iaitu kepada Proton Perdana WKE 3665. Seterusnya kepada kereta Nissan Sylphy CCF 4334 disamping membeli kereta baru untuk isteriku Viva CCJ 4334. Aku juga mempunyai sebuah Jeep Suzuki Jimmy dan sebuah dusun seluas 2 ekar yang dibeli secara tunai.

Sepanjang bertugas sebagai eksekutif aku diberi kesempatan membuat lawatan bekerja ke Brisbane, Sydney dan Melbourne Australia. Isteriku mengikuti aku selama berada disana. Aku juga dihantar mengajar kakitangan eksekutif Sudan berhubung dengan pengurusan stesen minyak di Khortum dan Omdurman, Sudan selama 2 minggu. Akhirnya, penghormatan yang amat tinggi aku terima ialah dilantik sebagai Sales Manager for Eastern Region bagi LPG Business Division Gred E3 iaitu 2 tahun setengah sebelum aku bersara. Untuk menjawat jawatan ini aku ditemuduga oleh Consultant Specialist yang didatang khas dari Switzerland. Aku lulus dalam ujian psaikology tersebut. Kira2 setahun sebelum besara aku diberi kepercayaan pula sebagai MIC (Manager In Charge bagi Eastern Region).

Aku percaya, segala apa yang berlaku keatas ku adalah diatas kehendak Allah SWT jua. Disamping usahaku yang tak mengira penat dan lelah kerana aku bagitu yakin bahawa akulah yang dapat mengubah hidupku kepada yang lebih baik. Aku mempunyai satu prinsip kehidupan yang amat kuat yang membolehkan aku mencapai perkara2 berikut :-

1.  Tidak pernah mengambil walau sehari pun MC sepanjang 28 tahun lebih di Petronas.
2.  Mendapat penghargaan dan kenaikan gaji berganda (Merit Increement) bagi setiap tahun aku bertugas di  Petronas.
3.  Mendapat berkali2 kenaikan gred dan pangkat semasa di Petronas.
4.  Sentiasa jujur dan ikhlas dalam bertugas. Pernah berkali2 memulangkan kembali hamper2 Hari Raya, Chinese New Year dan Tahun Baru yang diterima dari pengusaha2 kerana aku merasakan aku tak layak dan tak nampak kenapa aku harus terima pemberian mereka.